Makalah Praktikum Ekonomi Sumber Daya Hutan Medan, Maret 2021
MENANAM POHON BERNILAI EKONOMI TINGGI
Dosen Penanggungjawab
:
Dr.
Agus
Purwoko, S.Hut, M.Si.
Disusun Oleh :
Winda |
191201045 |
Putri Fadhira Muliani |
191201046 |
Ika Darwati Nainggolan |
191201116 |
Wahyu Danesya |
191201119 |
Juliana |
191201123 |
Fauzan Enda Mora Dalimuthe |
191201199 |
Kelompok 6
HUT 4C
PROGRAM STUDI
KEHUTANAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah Ekonomi
Sumber Daya Hasil Hutanyang
berjudul “Menanam Pohon Bernilai
Ekonomi Tinggi” ini
dengan semaksimal mungkin dan dalam waktu yang telah ditentukan. Adapun makalah ini ditulis
untuk memenuhi tugas Praktikum Ekonomi Sumber Daya Hasil Hutandi Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan makalah ini penulis menerima
banyak bantuan dari berbagai pihak, penulis mengucapkan terimakasih
kepada dosen penanggungjawab yaitu
bapakDr. Agus Purwoko,
S.Hut, M.Si.yang telah memberikan pelajaran dan
bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalahini. Begitu juga
kepada teman dan
sumber-sumber yang telah memberikan dukungan dan kontribusi dalam penyelesaian makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi sumber informasi kepada setiap pembaca.
Medan,Maret 2021
Penulis
Penul
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar
Belakang................................................................................... 1
1.2Rumusan
Masalah............................................................................... 2
1.3Tujuan................................................................................................. 2
BAB II ISI
2.1 Apa Pengertian
dari Pohon................................................................ 3
2.2 Apa Pengertian dari Menanam.......................................................... 3
2.3 Mendeskripsikan Apa Saja Teknik dalam Penanaman Pohon........... 3
2.4 Mendeskripsikan Jenis Pohon yang
Bernilai Ekonomis Tinggi......... 6
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pohon adalah tumbuhan yang batangnya
berkayu dan dapat mencapai ukuran diameter 10 cm atau lebih yang diukur pada
ketinggian 1,50 meter diatas permukaan tanah yang mana pohon bisa hidup ratusan
tahun dan terdiri dari beberapa bagian utama yaitu akar, batang, cabang dan
daun. Pohon adalah tumbuhan menahun dengan batang yang tumbuh memanjang,
mendukung cabang dan daun pada sebagian besar spesies. Pohon merupakan suatu
tatanan lingkungan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya. Pohon dapat menghasilkan oksigen yang mana oksigen
tersebut sangat dibutuhkan oleh manusia,
pohon sebagai penyerap air hujan (Dwi et al., 2012).
Penanaman pohon merupakan kegiatan
yang penting dalam budidaya hutan. Pada hutan yang mencakup areal yang luas,
akan dibutuhkan pengeluaran dan persiapan yang cukup. Nilai ekonomi dari suatu
tanaman dapat ditentukan dari tingkat keunikan serta besarnya manfaat yang
didapat dari tanaman tersebut. Mayoritas hutan rakyat dikelola dengan system
monokoltur atau campuran walaupun terdapat beberapa hutan rakyat yang
penggunaanya menggunakan tumpang sari. Kurangnya pemahaman petani hutan
terhadap kemampuan mengolah lahan sehingga pengelolaan yang dioptimalkan
menjadikan kesejahteraan untuk hidup para petani (Sadono, 2018).
Kegiatan penanaman pohon merupakan
salah satu upaya untuk mengajak masyarakat berperan aktif pada konservasi alam
sekaligus pengembangan potensi ekonomi local tanpa menggangu fungsi utama dari
suatu ekosistem. Banyaknya pilihan tanaman yang dapat dibudidayakan tentunya
menjadi keuntungan tersendiri. Namun dibutuhkan kejelian untuk memilih tanaman
yang ingin ditanam. Kegiatan penanaman merupakan kegiatan inti dari budidaya
hutan. Hutan yang mencakup areal luas, memerlukan biaya besar sehingga diperlukan
cukup. Kegiatan penanaman meliputi pemilihan jenis, persiapan lapangan,
pemasangan anjir, pembuatan lubang tanam, pengangkutan bibit,
penanama, serta pemeriksaan pekerjaan dan
evaluasi (Wahyudi dan Anwar, 2013).
Penanaman pohon adalah proses penanaman bibit pohon, umumnya untuk
kehutanan, reklamasi lahan atau tujuan lanskap. Berbeda dari transplantasi
pohon yang lebih besar dalam budidaya, dan dari biaya yang lebih rendah tetapi
distribusi benih pohon lebih lambat dan kurang dapat diandalkan. Penanaman
pohon memiliki manfaat bagi kelangsungan hidup berbagai makhluk hidup yang ada.
Kesadaran masyarakat menanam berbagai jenis tanaman konservasi bernilai ekonomi
yang tinggi terus meningkat. Yang kerap dicari merupakan jenis multi purpose
tree species (MPTS). Tanaman berfungsi sebagai penahan erosi untuk
rehabilitasi tanah sekaligus memiliki nilai ekonomis. Bibit MPTS dimanfaatkan
sebagai tanaman konservasi trend penanaman pohon untuk investasi. Sebelumnya
yang dipilih masyarakat merupakan tanaman kayu bahan bangunan. Kini Sebagian
mulai beralih menanam hail hutan bukan kayu (Hardiatmi, 2011).
Kegiatan penanaman memiliki beberapa tujuan seperti penanaman rutin, penanaman pengayaan, reboisasi atau penghijauan dan tujuan untuk konservasi selain itu, penanaman pohon juga memiliki tujuan untuk mendapatkan tegakan yang sehat dan memiliki persediaan tanaman yang cukup dimasa yang akan dating dan menghasilkan bibit unggul untuk pananaman selanjutnya. Penanaman bibit perlu diperhatikan agar tidak berpengaruh buruk saat ditanam (Wahyudi, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah yang
berjudul “Menanam Pohon Bernilai Ekonomis Tinggi” adalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian dari pohon ?
2.
Apa pengertian dari menanam?
3.
Apa saja teknik yang dilakukan saat menanam pohon?
4.
Apa saja jenis pohon yang bernilai ekonomis tinggi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah yang berjudul
“Menanam
Pohon Bernilai Ekonomis
Tinggi” adalah sebagai berikut:
1.
Mendeskripsikan pengertian dari pohon.
2.
Mendeskripsikan pengertian dari menanam.
3.
Mendeskripsikan apa saja teknik dalam penanaman pohon.
4.
Mensedripsikan apa saja jenis pohon yang bernilai ekonomis
tinggi
2.1 Pengertian Pohon
Menurut
Undang-undang nomor 18 tahun 2013 Pohon adalah tumbuhan yang batangnya berkayu
dan dapat mencapai ukuran diameter 10 (sepuluh) sentimeter atau lebih yang
diukur pada ketinggian 1,50 (satu koma lima puluh) meter di atas permukaan
tanah. Pohon adalah salah satu habitus atau perawakan tumbuhan dengan kemampuan
berfotosintesis sehingga dapat menyerap karbondioksida dan menghasilkan
oksigen.
Pengertian
pohon menurut Badan Standar Indonesia adalah tumbuhan berkayu yang pada puncak
pertumbuhan batang utamanya memiliki diameter lebih dari 20 cm. Oleh karena
dari itu tumbuhan dapat dikatakan sebagai pohon apabila memiliki syarat berupa
batangnya berkayu dengan diameter lebih dari 20 cm saat sudah dewasa.
2.2 Pengertian Menanam
Kegiatan
penanaman merupakan kegiatan inti dari budidaya hutan. Hutan yang mencakup
areal yang luas, memerlukan biaya yang besar sehingga diperlukan ketrampilan
yang cukup. Kegiatan penanaman meliputi Pemilihan Jenis, persiapan lapangan,
pemasangan ajir, pembuatan lubang tanam, pengangkutan bibit, penanaman,
penyulaman serta pemeriksaan pekerjaan dan evaluasi penanaman. Kegiatan
penanaman mempunyai beberapa macam tujuan diantaranya untuk tujuan penanaman
rutin, penanaman pengayaan, reboisasi atau penghijauan serta untuk tujuan
konservasi. Selain itu, penanaman juga mempunyai tujuan untuk mendapatkan tegakan
yang sehat serta memiliki persediaan tanaman yang cukup di masa yang akan
datang. Tanaman yang sehat dapat dihasilkan dari bibit yang sehat pula. Maka
setiap unit penanaman dianjurkan untuk memilih bibit yang siap ditanam di
lapangan. Selain itu, cara penanaman bibit yang benar perlu diperhatikan karena
cara penanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit di lapangan.
2.3 Teknik Dalam Penanaman Pohon
Ø
Perencanaan
lapangan Perencanaan lapangan bertujuan
untuk menentukan areal yang akan ditanami. Dalam kegiatan ini perlu dilakukan
pembuatan batas-batas areal tanaman termasuk batasbatas areal yang tidak boleh
dibuka karena mengandung unsur perlindungan seperti jurang, lereng terjal, tepi
sungai, mata air dan monumen. Di samping itu juga perlu ditandai areal-areal
yang memerlukan anggelan, trucuk dan selokan. Jenis Patok yang dapat digunakan.
Ø
Pembersihan
lahan
Kegiatan pembersihan lapangan mutlak
diperlukan dalam persiapan pembuatan tanaman hutan. Kegiatan pembersihan
lapangan meliputi pembersihan semak, perdu dan pohon-pohon sisa. Pada saat
kegiatan pembersihan lahan dilakukan, bahanbahan yang dapat digunakan untuk
membuat anggelan maupun ajir dapat dikumpulkan. Pada daerah yang miring
sisa-sisa tonggak dibiarkan untuk menguatkan struktur tanah dan untuk
mengendalikan erosi.
Ø
Pengolahan
tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan
agar bibit yang ditanam memperoleh media tumbuh yang baik, sehingga tumbuhnya
menjadi optimal. Ada beberapa Metode pengolahan tanah, yaitu; pengolahan tanah
secara mekanis dengan menggunakan mesin-mesin traktor, dan pengolahan tanah
secara manual, dengan menggunakan tenaga manusia dan peralatan yang sederhana.
Pengolahan tanah dilakukan dua kali yaitu Gebrus I untuk membalikkan tanah dan
Gebrus II untuk menghaluskan tanah hingga siap untuk ditanami. Pada pengolahan
tanah Gebrus I, tanah dicangkul atau diganco sedalam 20 – 25 cm supaya
memudahkan pertukaran udara dan peresapan air. Tanah yang beralangalang
dicangkul/diganco sedalam 30-35 cm supaya akarnya terangkat dan dibuang,
selanjutnya dapat dibakar secara terkendali. Tonggak-tonggak dipotong-potong
kemudian dibakar secara terkendali. Pada pengolahan tanah Gebrus II, tanah yang
masih bergumpal-gumpal digemburkan kembali sehingga tekstur tanahnya menjadi
lebih halus.
Ø
Pengangkutan
bibit
Pengukuran bibit dilakukan secara
hati-hati agar tidak mengalami kerusakan selama dalam perjalanan. Bibit yang
telah diseleksi dimasukkan ke dalam peti atau keranjang dengan cara disusun
rapat sehingga tidak bergerak jika dibawa atau ditumpuk. Bibit yang dibawa ke
lapangan adalah bibit yang sehat dan segar, dan terhindar dari panas matahari
serta disimpan di tempat teduh dan terlindung.
Ø
Penanaman
Tahapan
pelaksanaan kegiatan penanaman meliputi:
a.
Pengaturan arah larikan
· Penentuan
arah larikan pada penyiapan lahan dilakukan secara manual dan kimiawi
(herbisida) dan dilakukan sebelum kegiatan pembersihan lapangan, karena arah
larikan tanaman membantu arah jalur tanaman pada saat akan dibersihkan.
· Arah
larikan tanaman pada daerah landai dibuat Utara – Selatan atau Timur – Barat,
sedangkan pada areal bertopografi curam arah larikan sejajar dengan kontur.
· Untuk
memudahkan pekerjaan, penentuan arah larikan dimulai dari batas kawasan areal
tanaman, jalan hutan atau batas blok / petak.
b.
Pemasangan ajir
Pemasangan ajir dilakukan setelah
pembersihan lahan; dengan cara menarik tali dari arah larikan pertama dengan
arah sejajar, mengikuti jarak tanam yang telah ditetapkan pada rancangan
tanaman.
c. Distribusi bibit
Distribusi bibit adalah pekerjaan
pemindahan bibit dari persemaian ke areal tanam. Pendistribusian ke lokasi
penanaman dilakukan setelah kegiatan pembuatan lubang tanam. Dalam distribusi
bibit terdapat hal–hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1) Bibit
yang diangkut dengan dipikul, memiliki jangkauan maksimal 2 Km dari tempat
pengumpulan bibit di lapangan.
2) Jumlah
bibit yang diangkut sesuai dengan jadwal penanaman serta kemampuan regu tanam.
d.
Pembuatan lubang tanam dan penanaman
· Pembuatan
lubang tanam dilakukan dekat ajir, dengan ukuran lubang 30 x 30 x 30 Cm.
· Karena
bibit mengunakan polybag, maka sebelum bibit ditanam kantong plastik dilepas
dengan cara disobek. Sebelumnya media dipadatkan terlebih dahulu dengan cara
memeras atau menekan polybag tersebut.
· Bibit
diletakan di tengah lubang secara vertikal, terus ditimbun hati-hati dengan
tanah sekitar sampai batas leher. Dalam menimbun upayakan topsoil dimasukkan ke
lubang terlebih dahulu. Kemudian tanah sekitar bibit dipadatkan dengan jalan
ditekan secara hati-hati sampai terjadi kontak antara perakaran dengan tanah.
e.
Waktu penanaman
Penanaman
di lapangan dilakukan pada saat musim hujan, terutama saat hujan telah merata
dan tanah sudah cukup lembab. Waktu pelaksanaan dilakukan pada pagi hari
terutama pada saat cuaca agak mendung / berawan.
2.4 Jenis Pohon Bernilai Ekonomis
Tinggi
a.
Pohon
Gaharu
Aquilaria
spp. merupakan salah satu kelompok tumbuhan penghasil aromatik bernilai
komersil tinggi dalam bentuk gubal gaharu dan kamedangan. Tingginya permintaan
pasar serta tingginya harga jual menjadikan kelompok tumbuhan ini dikhawatirkan
pemanfaatannya akan melebihi daya dukungnya di alam. Hal ini dikarenakan pola
panenan alam yang terjadi adalah dengan cara menebang keseluruhan tegakan hanya
untuk mengambil gubal gaharunya, sedangkan laju pertumbuhan untuk setiap jenis
gaharu belum banyak diketahui. Persebaran pohon Aquilaria spp. sebagai
penghasil gaharu di Sumatera setidaknya memiliki 30 titik cluster dan di
Kalimantan 98 titik. Bagaimana penyebaran alami pohon penghasil gaharu masih
belum dapat dijelaskan dengan baik.
Gaharu
yang mempunyai nama perda- gangan agarwood, eaglewood atau aloe- wood adalah
salah satu jenis hasil hutan bukan kayu yang bernilai ekonomi tinggi karena
adanya bau wangi resin akibat dari pendamaran pada bagian tertentu dari kayu
pohon penghasil gaharu akibat infeksi oleh jamur. Gaharu banyak digu- nakan
untuk berbagai keperluan seperti parfum, hio, minyak wangi, dan sebagai obat
tradisional. Bentuk perdagangan gaharu beragam mulai dari kayu bongkahan, chip,
serbuk, dan minyak gaharu. Gaharu banyak diekspor ke negara-negara Arab,
Singapura, dan China. Salah satu pohon penghasil gaharu yang selama ini banyak
dieksploitasi di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT)
adalah jenis Gyrinops versteegii (Gilg.) Domke. Dewasa ini jumlah populasi dan
mutu produksi gaharu sudah sangat menurun akibat eksploitasi yang dilakukan
secara terus menerus dan berlebihan tanpa per- hitungan, teknik pemanenan yang
tidak te- pat, proses penularan masih secara alami, dan belum banyak dilakukan
penanaman. Oleh karena itu dewasa ini pohon gaharu semakin langka dan lokasi
pengambilan gaharu semakin jauh ke dalam hutan serta waktu yang dibutuhkan
untuk pengambilan gaharu semakin lama. Bahkan untuk men- cari bibit gaharu
dalam jumlah yang terbatas untuk kegiatan penanaman sudah sema- kin sulit dan
jauh masuk ke dalam hutan.
Untuk menanggulangi permasalahan penurunan populasi pohon gaharu maka perlu secepatnya dilakukan pelestarian baik in situ maupun ex situ. Salah satu caranya adalah melalui kegiatan pengembangan penanaman. Penanaman pohon penghasil gaharu dari jenis Gyrinops versteegii yang dilaku- kan di lahan kosong atau tempat terbuka di daerah semi arid dewasa ini tingkat keberhasilan tumbuhnya dinilai masih rendah (kurang dari 30 %). Hal ini disebabkan teknik penanam- an yang tidak sesuai dengan tuntutan teknik budidaya. Jenis pohon gaharu di lapangan memerlukan pohon penaung. Pertumbuhan tanaman inang gaharu akan lebih baik bila ditanam di ba- wah naungan pohon. Penaung samping dari hutan alam dengan intensitas penyinaran 50 % dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman gaharu. Penaung sangat diperlukan untuk meningkatkan kelembaban udara dan me- nurunkan suhu udara di sekitar tanaman sehingga tanaman gaharu dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu pada daerah yang kering terutama lahan kosong atau tempat terbuka yang mempunyai kelem- baban kurang dan belum ada pohon pe- naungnya diperlukan penanaman pohon penaung. Salah satu cara yang dapat dila- kukan adalah penanaman gaharu dengan sistem tumpangsari dengan tanaman pa- ngan atau perkebunan.
b.
Pohon
Karet
Karet
merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomisyang tinggi dan salah
satu penghasil devisa negara. Produsen karet terbesar berada di Indonesia
terdiri dari pulau Sumatera dan Kalimantan dan Indonesia merupakan salah satu
produsen karet terbesar setelah Thailand dengan jumlah penduduk yang terlibat
pada usahatani karet mencapai 2,2 juta kepala keluarga (KK). Sehingga dengan
adanya penurunan harga karet pada tahun 2013 – 2018 sangat berdampak terhadap
penurunan pendapatan petani karet. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk
meningkatkan pendapatan petani karet agar pendapatan petani dapat stabil atau
bahkan dapat meningkat.
Karet
merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, hal tersebut dapat dilihat
dari manfaatnya bagi petani sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja,
sedangkan bagi negara merupakan sebagai penyumbang devisa, pendorong
pertumbuhan ekonomi rakyat. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan
produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala,
yaitu rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas karet di perkebunan
umumnya disebabkan belum optimalnya penerapan manajemen penggunaanklon anjuran
dengan baik. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan produktivitas tanaman karet
dapat ditempuhdengan cara pemilihan klon berproduksi tinggi.
c.
Pohon
Jati
Jati
(Tectona grandis Linn F.) sampai
sekarang masih menjadi komoditas mewah
yang banyak diminati masyarakat walaupun harga jualnya mahal. Kebutuhan
kayu jati olahan untuk Indonesia, baik skala domestik maupun ekspor pada tahun
1999 sebesar 2,5 juta m3/tahun dan baru terpenuhi sebesar 0,8 juta m3/tahun
(Leksono, 2001). Dengan demikian terdapat kekurangan pasokan kayu jatisebesar
1,7 juta m3/tahun. Kekurangan pasokan kayu jati yang demikian besar tentunya
memberikan peluang, sehingga budidaya jati akaan cukup cerah di masa sekarang
dan masa yang akan datang. Secara umum, pengembangan jati sampai dekade tahun
70-an masih bersifat konvensional. Pengembangan budidaya jati masih
mengandalkan teknik perbanyakan secara generatif, yaitu perbanyakan tanaman
berasal dari biji atau benih pohon induk yang terpilih. Pengembangan tanaman jati
secara konvensional (generatif) memiliki kendala, yaitu tanaman baru dapat
berproduksi sekitar 40-60 tahun.
Untuk
mengatasi kendala budidaya jati, para ahli telah melakukan
pendekatan-pendekatan yang tujuannya adalah untuk mendapatkan tanaman jati
unggul dan dapat dipanen dengan umur yang relatif lebih pendek. Sejak dekade
tahun 90-an telah mulai dipelajari pola pengembangan tanaman secara vegetatif
melalui teknik kultur jaringan dan kultur tunas. Pohon jati yang dihasilkan
diharapkan memiliki keunggulan komparatif dan berdaur pendek (kurang lebih 15
tahun). Walaupun secara kualitas kayu jati yang dihasilkan belum tentu lebih
baik dibandingkan kayu jati hasil budidaya secara konvensional, namun usaha
budidaya jati yang berdaur pendek perlu dikaji lagi sehingga dapat mendorong masyarakat untuk
membudidayakannya.
Untuk
lebih mengoptimalkan penggunaan lahan, para pengembang bukan hanya mencoba
membudidayakan jati berdaur pendek, tetapi juga membudidayakan tanaman jati dengan pola tumpangsari dengan tanaman
sawit, coklat, dan kopi. Produksi kayu jati yang dihasilkan dari tanaman yang
berdaur pendek sampai saat sekarang belum dapat disajikan, karena
pengembangannya baru dilakukan 5-6 tahun terakhir. Sejalan dengan peningkatan
akan kebutuhan kayu jati, diharapkan juga diikuti dengan pengembangan budidaya
jati dan pembangunan hutan tanaman jati. Untuk itu diperlukan bibit jati yang
berkualitas dan berkarekter unggul, serta mempunyai daur panen yang lebih
pendek. Pola penanaman jati juga mulai dikembangkan, terutama dalam efektifitas
penggunaan lahan dan pola penanaman monokultur maupun tumpangsari dengan
kombinasi tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis. Budidaya jati dengan pola
agroforestry juga dikembangkan.
d.
Pohon
Eboni
Eboni
(Diospyros celebica Bakh.) adalah
salah satu jenis diospyros yang paling sempit penyebarannya, hanya terdapat di
Sulawesi. D. celebica. Termasuk ke
dalam 7 jenis pohon eboni yang tumbuh di Indonesia. Jenis ini yang paling
digemari pedagang dan pertama dikenal di pasar dunia dengan nama eboni
makassar, eboni bergaris atau Coromandel. Semakin tingginya permintaan akan
kayu eboni yang tidak diimbangi dengan keberhasilan budidaya menyebabkan
populasi jenis ini semakin mengalami tekanan, baik dalam segi jumlah maupun
habitatnya. Potensi kayu eboni di habitat alaminya pada hutan primer pada tahun
1985 dengan rata-rata produksi 5,85 m3 per-ha mengalami penurunan menjadi 2,56
m3 per-ha pada tahun 2003. Waktu pemanfaatan dalam jangka lama, pola sebaran
yangterbatas dan daur yang panjang menyebabkan populasi kayu eboni sangat
rentan terhadap eksploitasi yang berlebihan dan populasi yang menurun dalam
waktu relatif singkat.
Akibatnya terjadi kelangkaan populasi jenis ini di hutan alam dan statusnya dikategorikan sebagai tumbuhan yang mulai langkah dan menimbulkan kekhawatiran akan kepunahannya. Tingginya nilai ekonomi kayu eboni yang memiliki karakteristik yang cocok untuk mebel mewah, patung, ukiran, alat upacara sakral dan lain-lain sesungguhnya mengandung kekuatan yang dapat menempatkan produsen pada posisi tawar yang lebih tinggi dan unggul di hadapan pembeli. Tingginya tingkat kerusakan tegakan eboni akibat eksploitasi lebih diperburuk lagi dengan belum memadainya kegiatan penanaman kembali. Seandainya masyarakat maupun pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) telah melakukan upaya penanaman kembali, namun keberhasilannya masih sangat rendah dan belum sepadan dengan luas areal tebangan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa sampai kini belum tersedia data yang pasti tentang realisasi penanaman kembali jenis eboni.
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
1.
Pohon adalah tumbuhan yang batangnya berkayu dan dapat
mencapai ukuran diameter 10 (sepuluh) sentimeter atau lebih yang diukur pada
ketinggian 1,50 (satu koma lima puluh) meter di atas permukaan tanah.
2.
Kegiatan penanaman merupakan kegiatan inti dari budidaya
hutan. Hutan yang mencakup areal yang luas, memerlukan biaya yang besar
sehingga diperlukan ketrampilan yang cukup.
3.
Teknik penanaman pohon terdiri dari
perencanaan, pembersihan lahan, pengolahan tanah, pengangkutan bibit dan
penananam tahapan.
4.
Beberapa pohon yang bernilai ekonomis
tinggi adalah Pohon Gaharu (Aquilaria spp.), pohon karet, Jati (Tectona grandis Linn F.) dan Eboni (Diospyros celebica Bakh.)
5. Pohon-pohon dapat bernilai ekonomis yang tinggi karena memiliki manfaat dan fungsi yang sangat dibutuhkan serta kualitas poho tersebut sangat bagus.
3.2 Saran
Sebaiknya praktikan mengikuti
praktikum dari awal dan akhir dengan fokus agar dapat mmahami materi dan dapat
melakukan praktek langsung dan tidak akan melakukn kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi H, Susi A, Ragil B. 2012. Kajian Sengon Sebagai Pohon Bernilai Ekonomi dan Lingkungan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 6(3):201-208.
Hardiatmi S. 2011. Investasi Tanaman Kayu Dalam Wanatani Cukup Menjanjikan. Jurnal Inovasi Pertanian, 9(2):17:21.
Kinho J. 2014. Status Dan Strategi Konservasi Eboni (Diospyros rumphii Bakh.)Di Sulawesi Utara. Seminar Nasional Biodiversitas, 130-137.
Kurniawan E. 2013. Strategi Penyelamatan Eboni(Diospyros celebica Bakh.) Dari Ancaman Kepunahan. Info Teknis EBONI, 10(2): 99-106.
Nugraha IS, Sahuri. 2019. Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Dalam Merespon Harga Karet Rendah. Perspektif, 18(2): 79-86.
Sadono. 2018. BudidayaTanamanGaharu (Aquilaria sp.) Di Lahan Kebun Kelapa Sawit dengan Aplikasi Teknik Silvikultur. Jurnal Info Teknis Eboni, 10(1):37-47.
Siregar EBM. 2011. Potensi Budidaya Jati, 1-8.
Surata IK, Soenarno. 2011. Penanaman Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg.) Domke ) Dengan Sistem Tumpangsari Di Rarung, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Pendidikan dan Konservasi Alam, . 8(4): 349-361.
Wahyudi. 2015. BudidayaGaharu, Sari Agribisnis. Jakarta: PenebarSwadaya
Wahyudi, Anwar. 2013. Tekhnologi Pembudidayaan Tanaman Gaharu. ProsidingLokakarya Pengembangan Tanaman Gaharu. RLPS Dephut. Jakarta
WiriadinataH,
Semiadi G, Darnaedi D , Waluyo EB. 2012.
Konsep Budidaya Gaharu (Aquilaria
spp.) Di Provinsi Bengkulu. Jurnal
Pendidikan dan Konservasi Alam, 7(4) : 371-380.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar